Jakarta, 15 Oktober – Berdasarkan data yang dihimpun pada 2016 Indonesia memiliki sekitar 59 juta Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) yang berkontribusi sebesar 61% terhadap perkekonomian. Ditargetkan, pada tahun 2020 Indonesia menjadi digital ekonomi terbesar se Asia Tenggara.
Wakil Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Ariful Yakin Hidayat dalam diskusi tentang Kewirausahaan, Pasar Budaya dan Kebijakan Produk Lokal, dalam acara Festival Penen Raya Nusantara (PARARA) 2017 mengatakan produk-produk kreatif harus menjadi penopang perekonomian Indonesia. Penyumbang ekonomi terbesar saat ini berasal dari sector kuliner sebesar 34%, kemudian fashion dan kriya. Untuk daerah ekspor sebagian besar berusat di pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten. Sementara untuk Indonesia bagian timur masih belum termaksimalkan potensinya, dengan kata lain “sleeping giant”.
“Kekayaan alam Indonesia berlimpah, namun secara marketing masih lemah dalam hal bahasa dan pemanfaatan teknologi. Seperti halnya Filipina yang menjadi target pasar dari Indonesia. Sekolah-sekolah di Filipina mengajarkan bahasa Indonesia. Sehingga pada saat mereka ke luar negeri, dapat lebih mudah menyesuaikan diri,” jelas Ariful Yakin Hidayat.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk mendukung industri kreatif Indonesia adalah kebijakan yang berpihak terhadap pengusaha lokal. Seperti yang terlihat di Negara China dimana aplikasi Whatssup diproteksi dan mereka mengembangkan Kakao Talk sebagai fitur chatting yang digunakan masyarakat. China berhasil memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai penyambung antara petani/ produsen dengan pelaku usaha atau pemodal. Hal seperti itulah yang diharapkan juga dapat diterapkan di Indonesia, dimana antara teknologi dan kemajuan dapat sepenuhnya dimanfaatkan untuk mendukung sektor lokal.
Lebih lanjut, Ariful menghimbau agar pelaku industry kreatif Indonesia menerapkan 3C, yaitu CONNECT, dengan cara bertemu dengan pelaku industru di pameran UMKM atau acara-acara lainnya, COLLABORATE yaitu memiliki koneksi dan CONTRIBUTE, yaitu menjalankan bisnis atau usaha tidak hanya mengejar laba, tapi juga berbagi ilmu atau informasi yang bermanfaat dengan orang lain.
Berbagai persoalan tentang pengembangan produk dan usaha dari komunitas atau pelaku usaha kreatif juga disampaikan oleh beberapa komunitas yang hadir pada kesempatan itu. Koperasi Nira Satria, produsen gula kelapa atau gula semut dari Banyumas turut berbagi cerita tentang kurangnya jaminan keselamatan untuk petani penderes, harga yang lemah hingga keterikatan petani dengan tengkulak/ pengelup. Gula semut sendiri diklaim sebagai yang terbagus di Indonesia dan sudah memiliki sertifikasi organic sejak 2009 dan memiliki sertifikasi Fair Trade untuk ekspor ke luar negeri, diantaranya Korea Selatan dan Jerman.
Iim Rusyamsi, Co-founder Krafie.com berbagi cerita mengenai pentingnya pemahaman pemahaman di era digital untuk pelaku UMKM. Salah satu informasi yang perlu dimiliki oleh pelaku UMKM yang memanfaatkan teknologi digital adalah Google Analitycs yang dapat memberikan informasi tentang apa yang saat ini sedang menjadi trend. “Perlu dilakukan edukasi untuk para pelaku UMKM agar tools ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan dan mempromosikan produknya masing-masing," lanjut Iim.