cart

Menjaga Tradisi Lewat Fashion

January 30, 2019

Sabtu, 15 Oktober 2017 bertempat di Taman Menteng Jakarta Pusat, empat desainer kebanggaan Indonesia menampilkan karya-karya terbaiknya. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Festival Panen Raya Nusantara (PARARA) 2017.

1. Teras Mitra –LAWE feat Amber Kusuma

Menampilkan koleksi bertema “Langit Senja di Kefamenanu” Amber Kusuma mengangkat desain dengan bahan kain tenun yang dibuat oleh anak-anak para penenun di Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur. Amber mengatakan, tema ini menggambarkan keindahan alam Kefamenanu yang terinspirasi dari perpaduan nuansa warna langit senja orange jingga berpadu alam yang hijau, dan dihiasi birunya langit.

Ada delapan setelan yang Amber pamerkan yang desainnya banyak menggunakan style Jepang seperti berbagai jenis outer kimono, tunik dan celana Hakama.  Amber ingin desainnya fleksibel dan bisa dipadu padankan dengan outfit lain.

2. Borneo Chic Feat Yoga Wahyudi
Kolaborasi desain Borneo Chic feat Yoga Wahyudi bertemakan “Merindu Panjang” sebagai gambaran perantau yang rindu akan rumah adat Kalimantan (atau sering disebut sebagai rumah lamin panjang). Jenis kain tenun yang digunakan adalah kain sintang yang berasal dari Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Ada lima motif yang digunakan Yoga Wahyudi dalam desain bajunya ;

  • Motif Merinjan yang mengingatkan kita pada pohon – pohon yang banyak manfaatnya bagi manusia dengan kegunaan dan kekuatan khusus di dalamnya
  • Motif Pelangka yang melambangkan kemakmuran, yang memberikan pesan bahwa Pelangka sangat penting digunakan oleh keluarga dalam menjalani kehidupan yang akan mempermudah pekerjaan berat menjadi lebih ringan
  • Motif Perahu, sebagai lambang kebersamaan. Perahu adalah alat transportasi nenek moyang suku dayak. Semakin banyak yang menumpang dalam satu perahu, maka semakin kuat juga perlambangan kebersamaan dan kekompakan.
  • Motif Pucuk Rebung, sebagai simbol kebahagiaan atau kesuksesan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan merupakan motif warisan dari nenek moyang.
  • Motif Tiang Imai yang memberikan pesan bila mendengar kabar buruk dari jauh, maka tiang rumah harus diberi pagar agar dapat terhindar dari mara bahaya.

3. Yurita Puji

Dalam koleksinya untuk Parara, Yurita Puji menggunakan kain tenun Ikat Dayak Iban dari Kalimantan Barat, kain tenun Lombok Timur dan kain tenun dari Kabupaten Sawah Lunto, Padang.  Pewarnaan benang pada kain-kain yang digunakan berasal dari beragam jenis tanaman seperti kunyit, pinang, indigo, kangkung Jawa, kulit kayu Makasar, Engkerebai dan Tebelian. Baju-baju yang dipamerkan didominasi dengan warna kuning, coklat, merah dan hijau.

Koleksi Yurita fokus pada pakaian simple dan ‘ready to wear’ dengan harapan produk yang didesainnya lebih cepat terjual sehingga memberikan impact bagi para penenun.  Pada September lalu, Yurita berhasil memperkenalkan motif tenun Dayak Iban di ajang New York Fashion Week.

4. Gerai Nusantara by Rina Agustin

Semi formal dan kasual, Rina Agustin mendesain bajunya agar bisa dipakai menemani aktivitas sehari-hari. Dalam penampilannya, Rina Agustin memadu padankan batik dengan jeans dan sepatu sneaker.

Kain tenun yang digunakan adalah Tenun Paruki dari Toraja, Tenun Bayan dari Lombok dan Tenun Baduy. Selain  baju, Rina juga menggunakan kain tenun untuk tas ransel sebagai pelengkap penampilan.

Fashion show ini diselenggarakan untuk menampilkan produk-produk lokal yang tidak hanya melestarikan budaya namun juga merawat bumi dengan menggunakan bahan-bahan alami ramah lingkungan.

Selain fashion show, festival PARARA juga menampilkan beragam produk pangan lokal seperti madu, kopi, gula merah, sagu dan lainnya. Festival dua tahunan ini diselenggarakan mulai 13 – 15 Oktober 2017 oleh Konsorsium PARARA.

Copyright 2024 © Panen Raya Nusantara
crossmenu-circle linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram